18 July 2008

Blogger Tunanetra Indonesia

The Indonesian Blind Blogger, begitulah Eko Ramaditya Adikara memperkenalkan diri dalam buku tamu di blog-nya. Sumber Kompas ( 8/7/08 ) menuliskan “Namun, jika bertemu Rama jangan sekali-kali mengasihaninya sebagai orang berkekurangan. Salah-salah kita yang dikasihani karena terlalu banyak kekurangan.”

ramadityaramaditya

Jangan berpikir pula bahwa papan ketik yang ia gunakan bersimbol huruf braile. Ya, Mas Rama menggunakan papan ketik QWERTY biasa, seperti yang kita pakai. Mas Rama benar-benar menunjukkan bahwa kekurangan pada indra penglihatannya tak menjadi hambatan untuk tetap menulis, bahkan di blog.

Mas Rama lahir tahun 1981 dari pasangan Bapak Rahadi Sudarsono dan Ibu Emmy Darwati. Tunanetra sudah menjadi takdirnya sejak lahir. Meskipun begitu, Mas Rama tidak terbiasa diperlakukan istimewa atau bahkan dikasihani. “Saya ini (tunanetra) sudah beda (dengan orang normal), tetapi saya ingin berbeda dari perbedaan itu,” begitu filosofi Mas Rama yang dikutip Kompas.

Pak Rahadi, ayah Mas Rama, adalah salah satu orang yang mendidiknya menjadi pria mandiri. Beliau memperlakukan Mas Rama seperti orang normal pada umumnya. Alhasil, kemandirian dan gairah Mas Rama dalam menikmati hidup mengundang ketertarikan banyak pihak, sampai pada akhirnya beliau diundang sebagai tamu pada acara KICKANDY (Metro TV) 14 Februari 2008 lalu.

kickandy_ramaditya Kesempatan Mas Rama berbagi cerita di acara ini tak hanya menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang, tetapi juga menginspirasi Mas Rama sendiri untuk terus berbagi semangat kepada banyak orang. Sejak itu, beliau bercita-cita sebagai motivator. Sungguh luar biasa menurut saya.

Profesi motivator pun Mas Rama jalani secara profesional. Pada bulan Mei kemarin, beliau rela menjajaki Bandung, Ajibarang, Gumelar, Sokaraja, Cilacap, dan kembali Jakarta untuk menularkan semangat hidupnya pada banyak orang. Aktivitas itu dijalaninya bersama Dokter Aisha, salah seorang dokter RS Harum, dan tim. Dokter Aisha inilah yang menjadi perantara Mas Rama dengan audien pertamanya di RS Harum. Audien yang membuatnya semakin bersemangat menjadi motivator.

Eko Ramaditya Adikara, seorang hamba Allah yang dikaruniai keistimewaan (kebutaan) sejak lahir telah membuktikan bahwa Allah benar-benar menjadikannya manusia istimewa. Mas Rama mengubah kebutaan, sesuatu yang dianggap kekurangan oleh banyak orang, menjadi sumber inspirasi dan semangat siapa saja yang pernah bersentuhan dengannya, baik di dunia nyata maupun lewat tulisan dunia maya.

Sumber: Harian Kompas tanggal 8 Juli 2008 dan tulisan-tulisan Mas Rama di www.ramaditya.com.






Meski Cacat, Pantang Jadi Pengemis

Di Purworejo, keadaan dua kakak beradik Bejo dan Jumali sungguh mengenaskan. Mereka tinggal di sebuah gubuk berukuran 5 x 5 meter yang beberapa waktu lalu hampir saja roboh jika tak segera diperbaiki oleh warga sekitar. Gubuk berlantai tanah merah itu hanya dilengkapi dengan dua buah dipan lusuh, 3 kursi tua dan sebuah cermin yang sudah setengah retak pula.

Bejo, 45 tahun, dan sang adik Jumali, 37 tahun, memang tampak lebih muda dari usianya. Namun keadaan keduanya sungguh memprihatinkan: sepanjang hari hidup di atas kursi roda.
Keduanya mengalami lumpuh layu sejak berusia belasan tahun tanpa sebab musabab yang jelas. Jumali, bahkan baru beberapa tahun belakangan bisa duduk sempurna.

Ada yang menarik dari dua kakak beradik ini. "Kami pantang menjadi pengemis," tegas Bejo dan Jumali, meskipun sudah banyak teman mereka yang juga penyandang cacat tubuh membujuk mereka agar bergabung menjadi pengemis di pinggiran jalan Purworejo bahkan hingga ke Yogyakarta dan Surakarta.

Mereka berdua tampak cukup puas dengan profesi mereka sekarang sebagai pengrajin besek, yang setangkepnya hanya dijual seharga Rp250 rupiah. Padahal, dalam sehari mereka hanya mampu membuat 25 tangkep.


Pic’s & Teks: sofwan {kalipaksi}
http://kalipaksi.multiply.com



17 July 2008

Yoo Ye Eun, Pianis Buta Lima Tahun Gegerkan Dunia

SEOUL, SELASA -Ratusan penonton berlinang air mata saat seorang bocah perempuan tampil memainkan piano. Saat itu jemari mungilnya memainkan Fur Elise, komposisi karya Beethoven. Yang membuat penonton terharu bukan karena lirik lagu itu, melainkan karena penampilan pianisnya, Yoo Ye-eun. Warga Korea yang baru berumur lima tahun itu ternyata buta sejak lahir.

Yoo memang bocah ajaib. Dalam usia balita dia telah menggegerkan dunia musik. Yoo bisa memainkan karya-karya komponis besar seperti Mozart, Chopin, dan Beethoven, ditambah lagu-lagu pop masa kini. Yang lebih mengagumkan, Yoo tak perlu lama mempelajari lagu-lagu klasik yang terbilang sulit. Sekali dengar, dia bisa membawakan lagu itu dengan sempurna. “Bagaimana mungkin?” tanya seorang pembawa acara Star King, sebuah acara adu bakat terkenal di Korea.

“Benar-benar mengagumkan,” tambahnya. Program televisi itu menobatkannya menjadi pemenang. Bocah itu mendapatkan hadiah pertama sebesar 1 juta won (Rp 9,1 miliar). Sejak itu dia mendapat julukan 'jenius Mozart berumur lima tahun'. “Dia bisa memainkan sebuah lagu dengan piano hanya dengan mendengarkannya sekali,” kata Park Jung Soon, ibu angkatnya.

Park mengetahui bakat putrinya itu dua tahun lalu. Ketika itu dia menyanyikan sebuah lagu pop. Saat itu Yoo Ye-eun yang baru berumur tiga tahun mengiringinya dengan piano pinjaman. “Nadanya sangat sempurna meski dia belum pernah belajar piano. Kami tidak pernah mengajarinya,” kenang Park. Keajaiban bocah itu tertutup rapat selama dua tahun. Namun, nama bocah buta itu langsung melejit, terutama melalui internet. Permainan pianonya di Star King dikirimkan ke Pandora TV, sebuat situs internet Korea. Yang melihatnya lewat situs YouTube mencapai 2 juta orang.

Sejak itu, Yoo Ye-eun berkeliling dunia. Dia tampil di Los Angeles, September tahun lalu. Pertunjukannya itu merupakan bagian dari festival Hari Korea. Sebuah televisi Tokyo pun telah mengirimkan undangan. Bocah itu bahkan sudah punya sponsor khusus, seorang bos dari perusahaan konstruksi di Dubai yang melihat penampilannya melalui Star King. Pekan lalu, Yoo memainkan karya Chopin di hadapan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Pada hari yang sama, dia mengiringi paduan suara sekolah yang membawakan lagu tradisional Singapura tanpa mendengar lagu itu sebelumnya.

Tampaknya musik menjadi terapi untuk mengobati masa lalunya yang penuh tragedi. Bocah itu ditinggalkan orangtuanya sejak lahir. Yoo Ye-eun diadopsi oleh Yoo Chang Yoo dan istrinya, Park Jung Soon. Ayah angkatnya itu harus duduk di kursi roda akibat sebuah kecelakaan. “Kami tak pernah mendapat kesulitan untuk membesarkannya,” kata pasangan Yoo dan Park kepada majalah Woman Donga.

Park membawa putrinya ke Star King karena dia ingin Yoo Ye-eun bisa bermain untuk orang banyak. Namun, dia tak pernah membayangkan reaksi luar biasa dari para pendengar permainan putrinya itu. Saat diperkenalkan di atas panggung, penonton bisa mendengar suara bocah itu bertanya, "Di mana pianonya." Sorot lampu panggung lantas menunjukkan seorang bocah mungil mencari kursi piano. Begitu lagu You Were Born to be Loved mengalun, penonton langsung berurai airmata. Terlebih mereka bisa melihat jari-jari mungil Yoo Ye-eun meraba tuts piano.

Berita keajaiban itu terus menyebar. Tawaran bantuan keuangan pun membanjir. Beberapa dokter menawarkan operasi untuk memulihkan penglihatannya. Namun, mereka gagal. Yoo Ye-eun tetap buta. (IDP/KIS) Sumber : www.kompas.com